Steve Jobs, seorang tokoh bidang komputer yang sudah
menekuni bidangnya lebih dari 3 dekade, sempat dikeluarkan dari perusahaan yang
dia dirikan. Sesuatu yang amat menyakitkan. Kebanyakan personel direktur di
Dewan Direktur Apple saat itu adalah orang-orang dari industri keuangan. Mereka
terlalu berorientasi pada keuangan, tidak menyisakan ruang idealisme dalam hal
teknis.
Pemecatan Steve Jobs menguatkan sterotip bahwa orang teknis tidak bisa berbisnis. Secara politis, Dewan Direktur tidak membuat pernyataan “Steven Jobs bagus dalam hal teknis, tetapi buruk dalam berbisnis.”. Namun, pebisnis di dunia industri sudah bisa membaca stereotip tersebut dan pikiran-pikiran yang tidak bisa dipublikasikan karena alasan politis.
Apple kemudian dipimpin orang lain, tetapi jadi hampir
bangkrut. Terbukti bahwa dana yang besar tanpa visi dan kejelian dapat
membangkrutkan produsen teknologi. Bila Anda orang ekonomi/keuangan, jangan overconfidence bisa memimpin perusahaan
produsen teknologi dengan baik.
Steve Jobs datang kembali pada 1997 sebagai CEO. Dia baru
saja mundur pada 2011. Walau pada beberapa tahun awal Apple tetap rugi, saat
dia mundur, Apple telah menjadi perusahaan yang sangat menguntungkan dengan
pendapatan yang melebihi Microsoft! Apa pelajaran yang bisa kita tarik dari
kisa sukses Steve Jobs? Stereotip bahwa orang teknis tidak mampu berbisnis
tidaklah benar. Seorang nerd dapat
berbisnis dengan baik.
Saya pikir, saat ini kata “nerd” berkonotasi amat buruk.
Pria nerd sering digambarkan di film-film sebagai korban teman sekelasnya –
perempuan – yang cantik. Cewek – cewek cantik itu cuma ingin mendapatkan nilai
bagus dari untuk pelajaran, tetapi ogah menjadi pacar pria nerd. Stereotip yang
kuat tentang orang nerd menjadi salah satu faktor banyaknya alumnus pendidikan software yang tidak menjadi programmer. Mereka malu menjadi
programmer.
0 komentar:
Posting Komentar