Yield curve disebut juga term structure interest rate, dan sering kali di tampilkan dengan gambar yang sederhana seperti di bawah. Yield curve memberikan informasi kepada investor indikasi return (imbal hasil) dari investasi yang diperoleh dalam jangka waktu berbeda. Biasanya jangka waktu yang tersedia dari satu hari hingga 30 tahun. Yield curve yang tersedia dan biasanya digunakan analisis adalah obligasi pemerintah. Dimana secara teori memang tidak memiliki resiko gagal bayar (default risk). Gambar dibawah menunjukkan yield curve dari obligasi pemerintah dengan kondisi normal (slope positif). Slope positif terjadi apabila yield jangka pendek lebih kecil dibandingkan yield jangka panjang, sedangkan bila terjadi kondisi sebaliknya yield curve dikatakan dengan slope negatif. Yield curve tersebut memberikan informasi bahwa investor akan mendapatkan return sebesar 4.83% untuk jangka waktu 1 tahun, 5.4% untuk jangka waktu 5 tahun, dan 6.4% untuk jangka waktu 10 tahun.
Dalam perjalanan waktu, yield curve biasanya dalam kondisi positif. Karena investor pastinya akan mengharapkan return yang semakin besar bila periode investasinya semakin panjang. Namun pada waktu tertentu, yield curve mengalami kurva terbalik (inverted yield curve), dimana tingkat bunga jangka panjang lebih kecil dibanding suku bunga jangka pendek. Kondisi ini pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1998, dimana saat itu suku bunga jangka pendek mencapai sekitar 70% lebih.
Selanjutnya, kenpa investor harus memperhatikan yield curve? Berdasarkan data empiris yield curve cenderung akan meningkat bila terjadi kenaikan suku bunga dan berdampak negatif terhadap pasar saham. Hal ini terjadi karena pasar uang (tabungan dan deposito) dan pasar obligasi memberikan imbal hasil yang lebih menarik ketika suku bunga mengalami kenaikan, sehingga investor menarik uangnya dari pasar saham. Sehingga harga saham cenderung turun ketika tingkat suku bunga cenderung naik dan sebaliknya.
Slope yield curve (selisih yield jangka panjang dengan yield jangka pendek) dapat menjadi informasi yang sangat penting bagi investor di pasar saham. Beberapa penelitian di bursa yang telah maju yield curve mampu menjadi leading indicator untuk meramal perekonomian suatu Negara atau bahkan mengindikasikan lebih awal akan terjadinya krisis ekonomi. Campbell Harvey, seorang Profesor keungan dari Duke University telah melakukan penelitian mengenai yield curve, yang hasilnya yield curve merupakan indikator yang sangat akurat untuk memprediksi pergerakan ekonomi ke depannya. Yield Curve lebi baik hasilnya dibandingkan ramalan ekonomi, indikator makro, bahkan model-model peramalan yang dijalankan program komputer.
Hal ini dapat dijelaskan dengan 2 alasan, berdasarkan perilaku bank sentral dan perilaku investor. TIngkat suku bunga jangka pendek sangat bergantung terhadap kebijakan bangk sentral (Bank Indonesia). Ketika bank sentral mengkahwatirkan tingkat inflasi dan ekonomi yang terlalu ekspansif (overheating), maka kebijakan pengetatan likuiditas dan peningkatan tingkat suku bunga akan dilakukan bank sentral. Dampaknya yield curve akan cenderung flat, karena tingkat suku bunga jangka pendek meningkat. Permintaan kredit akan terbatas dan ekonomi akan mengalami slowdown.
Tingkat suku bunga jangka panjang sangat dipengaruhi oleh perilaku investor. Pada prisnsipnya investor adalah penghindar resiko, ketika ekonomi diperkirakan akan mengalami slowdown, investor cenderung akan membeli dan menahan obligasi jangka panjang. Kondisi tersebut akan membuat yield jangka panjang lebih rendah dibandingkan yield jangka pendek, selisinya kana semakin ekstrim bila akan terjadi resesi. Hal ini dapat terus terjadi seperti pergerakan jarum jam antara pasar obligasi dan kondisi perekonomian, yang juga dapat menjelaskan interaksi antara kebijakan bank sentral dan jutaan investor. Namun, yield curve dapat menjadi alat yang sederhana untuk membaca pergerakan perekonomian.
Pertanyaan selanjutnya, Apakah yield curve dapat juga memprediksi pergerakan saham? Pertanyan tersebut dapat menjadi jebakan. Karena bila yield curve dengan tepat dapat memprediksi pergerakan saham, maka akan banyak investor yang kaya raya. Tetapi bila yield curve dapat memprediksi perekonomian di masa yang akan datang, seharusnya potensi resiko yang dihadapi investor di pasar saham juga dapat diperkirakan. Karena kinerja perusahaan akan berdampak terhadap kinerja sahamnya. Ketika perekonomian ekspansif seharusnya berdampak terhadap kinerja perusahaan dan akhirnya berdampak terhadap harga saham.
Pastinya tidak ada sesuatu yang pasti, terlebih dalam hal berinvestasi. Karena investasi adalah bagaimana kita menilai suatu peluang dan membuat keputusan yang wajar bedasarkan kemungkinan yang akan terjadi.
0 komentar:
Posting Komentar